Monthly Archives: June 2016

Harga Karet (natural rubber) kok turun?


Karet adalah polimer hidrokarbon yang terkandung pada getah beberapa jenis tumbuhan (karet alam) atau bisa juga merupakan turunan minyak/gas alam (karet sintetis). Karet banyak digunankan pada indutri otomotif roda empat, pesawat, maupun sepeda. Kegunaan yang lainnya untuk bagian mekanikal seperti gasket, belt, hose dan lain-lainnya. Kegunaan lainnya dalam sehari-hari pembuatan sepatu, perlatan rumah tangga, mainan, dan banyak lainnya.

Proses pengolahan karet menjadi karet lembaran tidak lah sulit, banyak dilakukan ditingkat petani. karet lembaran ini lah yang diolah oleh pabrik-pabrik diseluruh dunia untuk membuat berbagai macam produk tergantung kebutuhan. Kita tidak akan membahas mengenai teknik proses bagaimana dari getah keret hingga menjadi produk-produk tersebut. Yang kita bahas mengenai harga karet, khususnya karet alam (natural rubber).

Berikut tren harga karet dunia:

Harga karet

http://www.indexmundi.com/commodities/?commodity=rubber&months=300

Jika kita lihat tren harga karet pada tahun 1991-1993 relatif stabil, kemudian mengalami peingkatan hingga tahun 1995. Kemudian mengalami penurunan hingga tahun 2001, tahun 2002 baru mulai naik kembali. Ditahun 2008 mengalami penurunan, kemudian naik kembali hingga puncak diakhir 2010. Tahun 2011 mengalami penurunan hingga 2016.

Dilihat data tersebut harga sangat fluktuatif, penurunan harga karet ini coba kita lihat dari berbagai faktor:

Permintaan

Kita ketahui kegunaan paling besar akan karet ini adalah untuk indutri otomotif. Karena menurut hukum ekonomi semakin banyak permintaan maka harga akan cendrung semakin naik. Sehingga kita lihat tren industri otomotif lima tahun terakhir. Saya ambil contoh jumlah unit mobil terjual di dunia

Mobil

http://www.statista.com/statistics/200002/international-car-sales-since-1990/

Jika kita melihat cerminan dunia atomotif itu adalah terjualnya mobil, bisa dibilang dunia otomotif tidak turun. Hanya memang kenaikannya sangat kecil dari tahun 2013 hingga saat ini, artinya seharusnya permintaan akan karet masih cukup tinggi. Seperti sebelumnya disebutkan karet disini ada dua jenis, karet alam (natural rubber) dan karet sintetis (turunan dari minyak/gas alam). Dari dua jenis karet ini memiliki kelebihan dan kekurangan masing-masing. Apakah permintaan akan karet alam berkurang, dikarenakan perusahaan automotif lebih memilih karet sintetis yang lebih tahan panas dan biasanya harga lebih murah.

Persediaan

Indonesia merupakan salah satu penghasil karet terbesar di dunia. Jika kita lihat persediaan yang dicerminkan dalam produksi karet dunia, memang ada peningkatan persedian karet dunia dari tahun ke tahun. Tapi peningkatan produksi tidak lah tajam kenaikannya. Sehingga tidak bisa juga dibilang persediaan melimpah sehingga harga terjun bebas.

produksi karet

http://www.statista.com/statistics/275387/global-natural-rubber-production/

Kita tahu sebenarnya hanya beberapa negara penghasil karet terbesar dunia, dengan demikian seharusnya bisa duduk bersama untuk membuat suatu kebijakan, sehingga harga relatif bias terkendali.

Harga Minyak dan Gas

Kenapa kita kaitkan dengan harga minyak dan gas dunia?. Karena sumber lain karet adalah karet sintetis yang bisa disintetis dari minyak/gas alam. Mari kita lihat tren harga minyak/gas dunia.

COP

http://www.infomine.com/investment/metal-prices/crude-oil/5-year/

Jika kita lihat dari tren harga minyak mulai terjun bebas pada tahun 2014, hal ini juga akan memiliki pengaruh terhadap harga karet alam. Dengan harga bahan baku untuk membuat karet sintetis murah, maka harga akan karet sintetis juga akan ikut terjun bebas yang mana juga akan berdampak pada harga karet alam.

Spekulan (bahasa halus dari Mapia)

Selain dari faktor harga dunia, disisi lain hampir semua komoditas terdapat segelintir atau banyak spekulan yang mempermainkan kondisi pasar. Mereka mencari keuntungan sebanyak-banyaknya, semakin banyak ratai perdagangan komoditas ini, maka semakin jauh gap antara harga ditingkat atas dengan harga ditingkat paling bawah. Hanya satu cara untuk mengurangi sekecil mungkin gap ini adalah memutus rantai tersebut, sehingga tahap yang wajar. Peran pemerintah sangat diperlukan dalam hal ini. Tapi entahlah bahan pokok saja sulit untuk dikendalikan pada tingkat harga yang wajar.

Perkebunan karet

Hal ini terkait kualitas dan kuatitas. Tetap menaikan produktifitas dan menjaga kualitas. Bagaimana caranya agar jumlah produksi lebih optimal dan kualitas tetap terjaga.

Menyikapi hal tersebut, jika petani memiliki lahan yang cukup untuk berkebun, bisa mencari solusi perkebunan yang lagi  tren harganya naik atau relatif stabil, karena memang hampir semua komoditas perkebunan harganya ada tren tertentu. Petani harus mandiri, karena jika mengharapkan pemerintah sangatlah sulit. Jika tertuju ke yang akan datang, mengembangkan suatu industri berbasis pertanian yang bisa menambah nilai dari suatu produk/barang tersebut (idealnya), tapi tidak lah semudah menulis tulisan ini yang dalam waktu sekitar 1 jam selesai. Hahaha 🙂

Semangat untuk Petani Indonesia